Bacaan : Kidung Agung 5:2-8
Setahun: Mazmur 24-27
Nats: Kekasihku kubukakan pintu, tetapi kekasihku sudah pergi, lenyap.
Seperti pingsan aku ketika ia menghilang. Kucari dia, tetapi tak
kutemui, kupanggil, tetapi tak disahutnya (Kidung Agung 5:6)
Dalam sebuah acara pemakaman, seorang pria setengah baya tampak
terguncang dan menangis tanpa henti. Pria ini ternyata adalah suami
dari jenazah yang akan segera dikuburkan. Ia sangat bersedih atas
kepergian istrinya. Ternyata, lebih dari merasa kehilangan, sang
suami merasa menyesal tidak menyediakan diri dan memberikan cukup
waktu untuk menikmati kebersamaan dan kebahagiaan bersama istrinya
itu ketika masih hidup. Selama ini ia terlalu sibuk dengan
pekerjaannya. Sekarang semua sudah terlambat. Istrinya sudah pergi.
Perempuan dalam perikop bacaan hari ini juga mengalami penyesalan
setelah gagal menyediakan diri untuk kekasihnya. Suatu malam ketika
ia sedang tertidur lelap, sang kekasih datang dengan tergopoh-gopoh.
Akan tetapi, ia merasa malas dan berat untuk beranjak dari tempat
tidurnya. Ia tak mau repot mengenakan baju serta mengotori kakinya
yang telah terbasuh (ayat 3). Sementara itu si kekasih terus menanti
dan bahkan sempat berusaha membuka pintu sendiri (ayat 4). Ketika
akhirnya si perempuan berhasil mendorong dirinya untuk bangkit dan
membukakan pintu, ternyata si kekasih sudah pergi. Si perempuan
sangat menyesal, bahkan sampai mencari kekasihnya ke mana-mana,
tetapi sudah hilang entah ke mana (ayat 6).
Siapa saja orang-orang yang kita kasihi dan berharga bagi kita?
Sudahkah kita memberikan cukup waktu untuk mereka? Jangan sampai
kita terlalu sibuk atau malas sehingga tidak bisa menyediakan diri
untuk mereka. Prioritaskan pula mereka di hidup kita. Sebelum habis
kesempatan untuk melakukannya dan kita hanya bisa menyesal
Setahun: Mazmur 24-27
Nats: Kekasihku kubukakan pintu, tetapi kekasihku sudah pergi, lenyap.
Seperti pingsan aku ketika ia menghilang. Kucari dia, tetapi tak
kutemui, kupanggil, tetapi tak disahutnya (Kidung Agung 5:6)
Dalam sebuah acara pemakaman, seorang pria setengah baya tampak
terguncang dan menangis tanpa henti. Pria ini ternyata adalah suami
dari jenazah yang akan segera dikuburkan. Ia sangat bersedih atas
kepergian istrinya. Ternyata, lebih dari merasa kehilangan, sang
suami merasa menyesal tidak menyediakan diri dan memberikan cukup
waktu untuk menikmati kebersamaan dan kebahagiaan bersama istrinya
itu ketika masih hidup. Selama ini ia terlalu sibuk dengan
pekerjaannya. Sekarang semua sudah terlambat. Istrinya sudah pergi.
Perempuan dalam perikop bacaan hari ini juga mengalami penyesalan
setelah gagal menyediakan diri untuk kekasihnya. Suatu malam ketika
ia sedang tertidur lelap, sang kekasih datang dengan tergopoh-gopoh.
Akan tetapi, ia merasa malas dan berat untuk beranjak dari tempat
tidurnya. Ia tak mau repot mengenakan baju serta mengotori kakinya
yang telah terbasuh (ayat 3). Sementara itu si kekasih terus menanti
dan bahkan sempat berusaha membuka pintu sendiri (ayat 4). Ketika
akhirnya si perempuan berhasil mendorong dirinya untuk bangkit dan
membukakan pintu, ternyata si kekasih sudah pergi. Si perempuan
sangat menyesal, bahkan sampai mencari kekasihnya ke mana-mana,
tetapi sudah hilang entah ke mana (ayat 6).
Siapa saja orang-orang yang kita kasihi dan berharga bagi kita?
Sudahkah kita memberikan cukup waktu untuk mereka? Jangan sampai
kita terlalu sibuk atau malas sehingga tidak bisa menyediakan diri
untuk mereka. Prioritaskan pula mereka di hidup kita. Sebelum habis
kesempatan untuk melakukannya dan kita hanya bisa menyesal
Komentar :
Posting Komentar